Senin, 07 Februari 2011

Ngga ada isinya

Mungkin ini hanya pikiran yang datang secara mendadak setelah banyaknya terjadi kejadian yang cukup membuat gw kehabisan logika dalam menerjemahkan semuanya. Apakah semua ini ada tujuannya?
Semakin lama kemampuan gw untuk mempertimbangkan sesuatu dari segala sisi menjadi lebih baik. Contoh, ketika gw dihadapkan suatu masalah seketika gw berusaha memposisikan pikiran gw dan bertanya "bagaimana dan apa akhir dari masalah ini?" Tidak terlalu berat, hanya saja selalu berbahaya.

Kamis, 27 Januari 2011

dear you,
why it’s so hard to resist you? what are you made of? super glue? or heavenly trap?
i have many questions addressed to you. here they’re goes.
have you noticed me ever since? have you thought about me? have you dreamt about me? have you ever wondered to take me out chasing those speeding cars? do you love my surprises that i sent to you? do you feel the way i feel about you?
and rest of questions are here in my head. spinning around. needs to be told directly to you.
hey you, have you noticed every time i’m next to you, my smile were always stay in my face? if you noticed, how did it look? sweet or….creepy? 
hey you, have you noticed that my emotions when i’m sit right beside you went calm and warm? my heart was beating so fast. because you’ve made me feel so terrified.
hey you, is it okay if i want to jump into your leap? because i love the way you hold me tight, like you’re afraid i’d jump into other’s leap.
hey you, if you like me, then i care about you. if you care about me, then i love you. if you love me, then we’ll be having those smiles every time we think each other because we’re having an amazing person to be with!
i’m sorry for bothering your days with my bad. i’m sorry for making you uncomfortable. i’m sorry i’m loving you.
last,
thank you for your power to make me smile every time i think or see you.
yours.

Rabu, 26 Januari 2011

di sudut hari

di sudut hari,
tiba-tiba BlackBerry hitamku mengeluarkan bunyi yang sangat familiar. aha! BBM. siapa ya? palingan hanya Broadcast Message. saya tidak suka itu. tapi dibalik terkaan saya yang jelek, terselubung harapan akan suatu pesan yang memancing senyum.
di sudut hari,
saya sedikit jahil. dibukalah akun Twitter dan Facebook. was-was khawatir. adakah mentions atau walls dari seseorang yang sudah menjadi parasit di otak saya?
di sudut hari,
Tumblr saya penuh dengan reblogs makanan. dan ada foto es krim yang sangat sangat menggugah. gatal sekali tangan saya untuk menyapanya dan mengajaknya untuk menemani saya bertualang mencari es krim terbaik di kota yang memiliki taman untuk tempatnya membuang asap.
di sudut hari,
mendadak hati ini berdegup kencang. apakah saya sedang di wahana Halilintar? kalau iya, ternyata ini menyenangkan! saya tidak mau turun. tak apa saya diajak naik turun membuat putaran selama sensasi ini dapat saya nikmati.
di sudut hari, 
ada kamu. oh tidak. tidak secepat itu. ada BBM dari kamu. membuat pernyataan, "hei, temani aku!"
seketika itu, saya langsung loncat dan mengambil handuk. berkaca, "saya selalu terlihat manis untuknya."

dan di sudut penghujung hari,
saya tersenyum dan siap membuat cerita yang baru untuk dikenang.

Selasa, 11 Januari 2011


Washington, DC Metro Station on a cold January morning in 2007. The man with a violin played six Bach pieces for about 45 minutes. During that time approximately. 2 thousand people went through the station, most of them on their way to work.
4 minutes later:The violinist received his first dollar: a woman threw the money in the hat and, without stopping, continued to walk.
6 minutes:A young man leaned against the wall to listen to him, then looked at his watch and started to walk again.
10 minutes:A 3-year old boy stopped but his mother tugged him along hurriedly. The kid stopped to look at the violinist again, but the mother pushed hard and the child continued to walk, turning his head all the time. This action was repeated by several other children. Every parent, without exception, forced their children to move on quickly.
45 minutes:The musician played continuously. Only 6 people stopped and listened for a short while. About 20 gave money but continued to walk at their normal pace. The man collected a total of $32.
1 hour:He finished playing and silence took over. No one noticed. No one applauded, nor was there any recognition.

No one knew this, but the violinist was Joshua Bell, one of the greatest musicians in the world. He played one of the most intricate pieces ever written, with a violin worth $3.5 million dollars. Two days before Joshua Bell sold out a theater in Boston where the seats averaged $100.
This is a true story. Joshua Bell playing incognito in the metro station was organized by the Washington Post as part of a social experiment about perception, taste and people’s priorities.
The questions raised:
  • In a common place environment at an inappropriate hour, do we perceive beauty?
  • Do we stop to appreciate it?
  • Do we recognize talent in an unexpected context?
One possible conclusion reached from this experiment could be this:
If we do not have a moment to stop and listen to one of the best musicians in the world, playing some of the finest music ever written, with one of the most beautiful instruments ever made…
How many other things are we missing?

it's taken from The Washington Post

alter-ego

siapa pun! mengakulah. masing-masing pasti pernah berpikir untuk memiliki kepribadian yang lebih baik. hukum alam pernah mengatakan, manusia tidak akan pernah merasa puas. buat saya, memang pernah mengalami hal seperti itu.
mungkin dengan senja sendiri kalian akan tahu apa yang menjadi alter-ego saya. ada keseruan tersendiri dengan kemunafikan yang terselubung ketika kita menjadi diri yang lain. aah peduli dengan kata orang-orang yang mengatakan kita harus menjadi diri sendiri. ada saatnya kita perlu mengetahui perasaan orang lain ya dengan cara menjadi seseorang yang bukan kita.
hey! kita hidup tidak sendiri. berdampingan. makhluk sosial. perlu berapa tahun lagi kita didikte teori tersebut oleh guru yang gajinya makin lama makin aduhai melambai.
saya menerima kritik bahkan ancaman dalam alter-ego yang agak memuncak.
biasanya dia muncul di kala saya merasakan adanya cabang yang siap menyentuh bumi di otak saya bagian belakang, yap cerebelum. otak kecil. keseimbangan saya dalam bertindak dan berpikir.
sebagian otak saya ya itu dia, ada kepribadian yang lain.

pro-logue

ada yang bilang, setelah patah hati seseorang akan menjadi sedikit banyak merasakan mellow dan romantisme dengan kadar yang berlebihan dari yang sewajarnya. oleh karena itu, saya merasa 'hey! saya merasa berkarisma semacam Juliet!' dan akhirnya, sebagai penutup, yeap tulisan saya semakin berkembang dan meggelitik.